Pembelajaran
jarak jauh (PJJ) masih menjadi topik hangat yang dibicarakan di masa pendemi
ini. Banyak pro kontra yang bermunculan saat sekolah-sekolah diimbau untuk
melakukan pembelajran jarak jauh. Pro kontra tersebut tentunya sesuai dengan
kondisi dan kesiapan masing-masing sekolah yang akan melaksanakannya.
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini dilakukan guna menghindari penularan Covid-19
di lingkungn sekolah. Meski kesehatan siswa, guru dan orang tua adalah yang
utama, tetapi pelaksanaan PJJ tetap sarat akan kendala. Terlebih untuk
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di daerah-daerah terpencil. Ada 3 kendala
utama dalam pelaksanaan PJJ di daerah terpencil.
1. Jaringan Tidak Stabil
Belum
meratanya aksesibilitas di daerah-daerah terpencil menjadi kendala utama dalam
pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Menyoroti masalah aksesibiitas sebenarnya ini adalah masalah
klasik yang harus segera ditangani oleh pemerintah, bukan hanya di masa pandemi
ini saja. Bagaimana sekolah-sekolah dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh
jika mereka masih kesulitan untuk mengakses cyber
atau virtual? Di waktu-waktu tertentu mungkin mereka dapat mengaksesnya, tetapi
tidak menutup kemungkinan jaringannya akan
hilang begitu saja saat kondisi hujan, listrik padam, atau bahkan saat-saat yang
tidak terduga lainnya. Hal tersebut tentunya sangat mengganggu jika terjadi
saat sedang dilaksankannya pembelajaran jarak jauh.
2. Siswa Tidak Memiliki Gawai
Kendala dalam pelaksanaan PJJ di daerah terpencil tidak hanya padajaringan yangtidak stabil atau minimnya akses internet, tetapi juga kepemilikan gawai pintar. Di era modern ini, masih ada siswa di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki gawai pintar secara pribadi. Mungkin jika dipersentasekan jauh lebih banyak yang memiliki gawai daripada yang tidak memiliki gawai. Namun, untuk pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan anak memiliki gawai secara pribadi, bukankan itu justru akan memberatkan orang tua siswa?karena notabene anak-anak yang tidak memiliki gawai adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Berdasarkan permasalah tersebut sekolah-sekolah harus memiliki solusi agar anak-anak yang tidak memiliki gawai dapat tetap mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pembelajaran luring (luar jaringan). Siswa yang tidak memiliki gawai diminta datang ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas kemudian dipelajari dan dikerjakan di rumah masing-masing, setelah itu diminta mengumpulkan kembali sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
Tenaga Pendidik Kurang Melek Teknologi
Dikutip
dari Bisnis.com, Paulina Pannen selaku Staf Ahli Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Bidang Pendidikan Tinggi mengatakan dari 236 ribu staf pendidik atau
dosen diseluruh Indonesia, baru 6% yang melek teknologi dan bisa mengembangkan
pendidikan berbasis internet. Baik dalam menggunakan perangkat teknologi,
maupun dalam menggunakan software serta media sosial. Menurutnya keadaan ini merupakan salah satu
kendala dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) atau daring. Tenaga pendidik
yang sudah sepuh biasanya cenderung malas untuk mempelajari teknologi. Begitu pula
dengan tenaga pendidik yang ada di daerah-daerah terpencil. Selain malas, mereka
juga sulit untuk mendapat akses mempelajari teknologi yang berkembang saat ini.
Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan pelatihan-pelatihan untuk tenaga
pendidik di daerah-daerah terpencil tersebut.
Kendala-Kendala
tersebut seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan tentang pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pemerintah tidak boleh memukul
rata kebijakan antara sekolah-sekolah diperkotaan dengan sekolah-sekolah yang
ada di daerah-daerah terpencil.
0 komentar:
Posting Komentar