"(MATA) PENA (SERINGKALI) LEBIH TAJAM DARIPADA (MATA) PEDANG" NAPOLEON BONAPARTE.

Jumat, 12 September 2014

TOKOH JURNALISTIK ADINEGORO




Wartawan terkemuka dan novelis yang lahir di Talawi, kota kecil di Sumatra Barat pada tanggal 14 Agustus 1904 dan meninggal 7 Januari 1967 dalam usia 63 tahun. Adinegoro merupakan nama samaran dari Djamaludin yang bergelar Datuk Maharadja Sutan. Sejak tahun 1931 ia berturut-turut menjadi pimpinan surat kabar Panji Poestoko, Perwarta Deli dan Sumatera Shimbun sampai saat Jepang menyerah. Tahun 1945 Adinegoro diangkat menjadi pimpinan Yayasan Pers Biro Indonesia (PIA) dan tahun 1948 ikut mendirikan Mimbar Indonesia bersama Profesor Soepomo, Gusti Mansjur S.A. Terakhir tahun 1962 menjadi anggota Dewan Pengurus LKBN Antara. Ia berturut-turut menjadi pimpinan surat kabar Panji Poestoko, Perwarta Deli dan Sumatera Shimbun sampai saat Jepang menyerah. Tahun 1945 Adinegoro diangkat menjadi pimpinan Yayasan Pers Biro Indonesia (PIA) dan tahun 1948 ikut mendirikan Mimbar Indonesia bersama Profesor Soepomo, Gusti Mansjur S.A. Terakhir tahun 1962 menjadi anggota Dewan Pengurus LKBN Antara.

Sebelum memulai karier di bidang sastra ia menempuh pendidikan di sekolah kedokteran STOVIA, tetapi karena kegemarannya yang kuat untuk menulis, ia kemudian beralih ke bidang jurnalistik yang mulai dirintisnya sejak tahun 1922. Ia kemudian memperdalam ilmu jurnalistiknya di Munchenwuzaburg dari tahun 1926 hingga tahun 1930. Kemudian mempraktikkan jurnalistik di Utrecht. Sebagai penghargaan terhadap pengabdianya pada dunia pers, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengabadikan nama Adinegoro pada hadiah jurnalistik tertinggi, yang diberikan pada orang-orang yang menjadi juara lomba karya tulis yang diadakan PWI Jaya setiap tahun dengan nama Hadiah Adinegoro. Karya Adinegoro lainnya adalah Kamus Kemajuan, Melawat ke Barat, Perang Dunia I, Tiongkok Pusaran Asia, Revolusi dan Kebudayaan, Filsafat Ratu Dunia, Atlas Tanah Air, Ilmu Jiwa Seseorang.

Sumber: http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/48/Adinegoro

Jumat, 12 September 2014

TOKOH JURNALISTIK ADINEGORO

Diposting oleh Chrismeina di 07.53 0 komentar



Wartawan terkemuka dan novelis yang lahir di Talawi, kota kecil di Sumatra Barat pada tanggal 14 Agustus 1904 dan meninggal 7 Januari 1967 dalam usia 63 tahun. Adinegoro merupakan nama samaran dari Djamaludin yang bergelar Datuk Maharadja Sutan. Sejak tahun 1931 ia berturut-turut menjadi pimpinan surat kabar Panji Poestoko, Perwarta Deli dan Sumatera Shimbun sampai saat Jepang menyerah. Tahun 1945 Adinegoro diangkat menjadi pimpinan Yayasan Pers Biro Indonesia (PIA) dan tahun 1948 ikut mendirikan Mimbar Indonesia bersama Profesor Soepomo, Gusti Mansjur S.A. Terakhir tahun 1962 menjadi anggota Dewan Pengurus LKBN Antara. Ia berturut-turut menjadi pimpinan surat kabar Panji Poestoko, Perwarta Deli dan Sumatera Shimbun sampai saat Jepang menyerah. Tahun 1945 Adinegoro diangkat menjadi pimpinan Yayasan Pers Biro Indonesia (PIA) dan tahun 1948 ikut mendirikan Mimbar Indonesia bersama Profesor Soepomo, Gusti Mansjur S.A. Terakhir tahun 1962 menjadi anggota Dewan Pengurus LKBN Antara.

Sebelum memulai karier di bidang sastra ia menempuh pendidikan di sekolah kedokteran STOVIA, tetapi karena kegemarannya yang kuat untuk menulis, ia kemudian beralih ke bidang jurnalistik yang mulai dirintisnya sejak tahun 1922. Ia kemudian memperdalam ilmu jurnalistiknya di Munchenwuzaburg dari tahun 1926 hingga tahun 1930. Kemudian mempraktikkan jurnalistik di Utrecht. Sebagai penghargaan terhadap pengabdianya pada dunia pers, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengabadikan nama Adinegoro pada hadiah jurnalistik tertinggi, yang diberikan pada orang-orang yang menjadi juara lomba karya tulis yang diadakan PWI Jaya setiap tahun dengan nama Hadiah Adinegoro. Karya Adinegoro lainnya adalah Kamus Kemajuan, Melawat ke Barat, Perang Dunia I, Tiongkok Pusaran Asia, Revolusi dan Kebudayaan, Filsafat Ratu Dunia, Atlas Tanah Air, Ilmu Jiwa Seseorang.

Sumber: http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/48/Adinegoro