"(MATA) PENA (SERINGKALI) LEBIH TAJAM DARIPADA (MATA) PEDANG" NAPOLEON BONAPARTE.

Rabu, 24 Februari 2021

3 KENDALA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI DAERAH TERPENCIL

Foto: wowkeren.com

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih menjadi topik hangat yang dibicarakan di masa pendemi ini. Banyak pro kontra yang bermunculan saat sekolah-sekolah diimbau untuk melakukan pembelajran jarak jauh. Pro kontra tersebut tentunya sesuai dengan kondisi dan kesiapan masing-masing sekolah yang akan melaksanakannya. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini dilakukan guna menghindari penularan Covid-19 di lingkungn sekolah. Meski kesehatan siswa, guru dan orang tua adalah yang utama, tetapi pelaksanaan PJJ tetap sarat akan kendala. Terlebih untuk pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di daerah-daerah terpencil. Ada 3 kendala utama dalam pelaksanaan PJJ di daerah terpencil.

1.      Jaringan Tidak Stabil

Belum meratanya aksesibilitas di daerah-daerah terpencil menjadi kendala utama dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Menyoroti masalah  aksesibiitas sebenarnya ini adalah masalah klasik yang harus segera ditangani oleh pemerintah, bukan hanya di masa pandemi ini saja. Bagaimana sekolah-sekolah dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh jika mereka masih kesulitan untuk mengakses cyber atau virtual? Di waktu-waktu tertentu mungkin mereka dapat mengaksesnya, tetapi tidak menutup kemungkinan jaringannya  akan hilang begitu saja saat  kondisi hujan,  listrik padam, atau bahkan saat-saat yang tidak terduga lainnya. Hal tersebut tentunya sangat mengganggu jika terjadi saat sedang dilaksankannya pembelajaran jarak jauh.

2.      Siswa Tidak Memiliki Gawai

Kendala dalam pelaksanaan PJJ di daerah terpencil tidak hanya padajaringan yangtidak stabil atau minimnya akses internet, tetapi juga kepemilikan gawai pintar. Di era modern ini, masih ada siswa di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki gawai pintar secara  pribadi. Mungkin jika dipersentasekan jauh lebih banyak yang memiliki gawai daripada yang tidak memiliki gawai.  Namun, untuk pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan anak memiliki gawai  secara pribadi, bukankan itu justru akan memberatkan orang tua siswa?karena notabene anak-anak yang tidak memiliki gawai adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Berdasarkan permasalah tersebut sekolah-sekolah harus memiliki solusi agar anak-anak yang tidak memiliki gawai dapat tetap mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pembelajaran luring (luar jaringan). Siswa yang tidak memiliki gawai diminta datang ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas kemudian dipelajari dan dikerjakan di rumah masing-masing, setelah itu diminta mengumpulkan kembali sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Tenaga Pendidik Kurang Melek Teknologi

Dikutip dari Bisnis.com, Paulina Pannen selaku Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Tinggi mengatakan dari 236 ribu staf pendidik atau dosen diseluruh Indonesia, baru 6% yang melek teknologi dan bisa mengembangkan pendidikan berbasis internet. Baik dalam menggunakan perangkat teknologi, maupun dalam menggunakan software serta media sosial.  Menurutnya keadaan ini merupakan salah satu kendala dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) atau daring. Tenaga pendidik yang sudah sepuh biasanya cenderung malas untuk mempelajari teknologi. Begitu pula dengan tenaga pendidik yang ada di daerah-daerah terpencil. Selain malas, mereka juga sulit untuk mendapat akses mempelajari teknologi yang berkembang saat ini. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan pelatihan-pelatihan untuk tenaga pendidik di daerah-daerah terpencil tersebut.

Kendala-Kendala tersebut seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pemerintah tidak boleh memukul rata kebijakan antara sekolah-sekolah diperkotaan dengan sekolah-sekolah yang ada di daerah-daerah terpencil.


Rabu, 24 Februari 2021

3 KENDALA PEMBELAJARAN JARAK JAUH DI DAERAH TERPENCIL

Diposting oleh Chrismeina di 22.21 0 komentar

Foto: wowkeren.com

Pembelajaran jarak jauh (PJJ) masih menjadi topik hangat yang dibicarakan di masa pendemi ini. Banyak pro kontra yang bermunculan saat sekolah-sekolah diimbau untuk melakukan pembelajran jarak jauh. Pro kontra tersebut tentunya sesuai dengan kondisi dan kesiapan masing-masing sekolah yang akan melaksanakannya. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) ini dilakukan guna menghindari penularan Covid-19 di lingkungn sekolah. Meski kesehatan siswa, guru dan orang tua adalah yang utama, tetapi pelaksanaan PJJ tetap sarat akan kendala. Terlebih untuk pelaksanaan pembelajaran jarak jauh di daerah-daerah terpencil. Ada 3 kendala utama dalam pelaksanaan PJJ di daerah terpencil.

1.      Jaringan Tidak Stabil

Belum meratanya aksesibilitas di daerah-daerah terpencil menjadi kendala utama dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Menyoroti masalah  aksesibiitas sebenarnya ini adalah masalah klasik yang harus segera ditangani oleh pemerintah, bukan hanya di masa pandemi ini saja. Bagaimana sekolah-sekolah dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh jika mereka masih kesulitan untuk mengakses cyber atau virtual? Di waktu-waktu tertentu mungkin mereka dapat mengaksesnya, tetapi tidak menutup kemungkinan jaringannya  akan hilang begitu saja saat  kondisi hujan,  listrik padam, atau bahkan saat-saat yang tidak terduga lainnya. Hal tersebut tentunya sangat mengganggu jika terjadi saat sedang dilaksankannya pembelajaran jarak jauh.

2.      Siswa Tidak Memiliki Gawai

Kendala dalam pelaksanaan PJJ di daerah terpencil tidak hanya padajaringan yangtidak stabil atau minimnya akses internet, tetapi juga kepemilikan gawai pintar. Di era modern ini, masih ada siswa di daerah-daerah terpencil yang tidak memiliki gawai pintar secara  pribadi. Mungkin jika dipersentasekan jauh lebih banyak yang memiliki gawai daripada yang tidak memiliki gawai.  Namun, untuk pembelajaran jarak jauh yang mengharuskan anak memiliki gawai  secara pribadi, bukankan itu justru akan memberatkan orang tua siswa?karena notabene anak-anak yang tidak memiliki gawai adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Berdasarkan permasalah tersebut sekolah-sekolah harus memiliki solusi agar anak-anak yang tidak memiliki gawai dapat tetap mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pembelajaran luring (luar jaringan). Siswa yang tidak memiliki gawai diminta datang ke sekolah untuk mengambil materi dan tugas kemudian dipelajari dan dikerjakan di rumah masing-masing, setelah itu diminta mengumpulkan kembali sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Tenaga Pendidik Kurang Melek Teknologi

Dikutip dari Bisnis.com, Paulina Pannen selaku Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Tinggi mengatakan dari 236 ribu staf pendidik atau dosen diseluruh Indonesia, baru 6% yang melek teknologi dan bisa mengembangkan pendidikan berbasis internet. Baik dalam menggunakan perangkat teknologi, maupun dalam menggunakan software serta media sosial.  Menurutnya keadaan ini merupakan salah satu kendala dalam pelaksanaan pendidikan jarak jauh (PJJ) atau daring. Tenaga pendidik yang sudah sepuh biasanya cenderung malas untuk mempelajari teknologi. Begitu pula dengan tenaga pendidik yang ada di daerah-daerah terpencil. Selain malas, mereka juga sulit untuk mendapat akses mempelajari teknologi yang berkembang saat ini. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadakan pelatihan-pelatihan untuk tenaga pendidik di daerah-daerah terpencil tersebut.

Kendala-Kendala tersebut seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan tentang pembelajaran jarak jauh (PJJ). Pemerintah tidak boleh memukul rata kebijakan antara sekolah-sekolah diperkotaan dengan sekolah-sekolah yang ada di daerah-daerah terpencil.