A.
Sinopsis
Film “War
Photographer”
War
Photographer
merupakan sebuah film dokumenter tentang seorang wartawan foto yang mengabadikan
momen-momen. Baik dalam perang dan segala penderitaan yang disebabkan perang.
Jim, panggilan James Nachtwey merupakan
wartawan foto perang. Terlahir pada tahun 1948 di kota Syracuse, New York, Jim
memulai profesinya sebagai sebagai fotografer profesional pada tahun 70an di
sebuah koran kecil di kota New Mexico, Amerika Serikat. Terinspirasi dari
foto-foto tentang perang Vietnam, Jim ingin bercerita lebih banyak kepada dunia
tentang betapa mengerikannya sebuah perang bagi para korbannya yang tentu saja
tak pernah terpikirkan oleh mereka kenapa perang ini harus terjadi dan untuk
apa perang ini terjadi.
Pada film dokumenter ini menampilkan
seorang Jim dalam 20 tahun perjalanan karirnya dan karya-karyanya tak sebatas
sebagai seorang wartawan perang tapi juga sebagai seorang yang bisa
menggabungkan seni dengan realita kehidupan manusia dilihat dari sisi
kemanusiaan. Karya-karya adalah hasil dari totalitas yang dia curahkan dan
ketajaman insting Jim yang memberikan nyawa pada objek yang direkamnya agar
dapat bertutur sendiri kepada dunia tentang kehidupan manusia dan juga tragedi
kemanusiaan.
Sebagian
besar film menampilkan foto-foto perang yang berhasil direkam kamera Jim. Mulai
dari Kosovo, Afrika, Palestina sampai Indonesia. Jika di Kosovo, Palestina dan
Afrika Jim meliput perang yang terjadi di negara-negara tersebut, di Indonesia,
tepatnya Jakarta, Jim memotret kehidupan masyarakat kumuh di sepanjang rel
kereta. Rumah-rumah kardus yang tumpang tindih, sungai-sungai dengan air yang
menghitam sementara orang-orang mandi dan mencuci di situ serta para pengemis
cacat yang tengah meminta-minta di perempatan jalan Jakarta itulah yang
diwartakan oleh Jim dengan kameranya ke seluruh penjuru dunia dalam bentuk foto
hitam putih dan berwarna . Liputan tentang Indonesia itu mendapat porsi yang
cukup lumayan dalam film ini. Termasuk rekaman peristiwa kerusuhan Mei 1998 dan
peristiwa Semanggi.
Alur
cerita film ini dipandu oleh narasi dan kesaksian teman-teman Jim sesama
wartawan. Di antaranya Christiane Amanpour (CNN), Hans- Hermann Klare (STERN
Magazine), Des Wright (kameraman REUTERS) dan Dennis O'Neill (sahabat ba9ik
Jim). Mereka bertutur betapa Jim adalah seorang yang setia pada profesinya
sebagai fotografer. Ia pantang menyerah dalam tugasnya meskipun harus berhadapan
dengan bahaya. Meliput perang berarti harus siap mati dalam tugas. Bagaimana
tidak jika tak jarang mereka harus berada di tengah-tengah pertempuran yang
dipenuhi hujan peluru, gas airmata serta ranjau-ranjau yang bertebaran. Setiap
saat maut mengancam.
B.
Revie Film War Photographer berdasarkan 9 Elemen Jurnalisme
1. Kewajiban utama jurnalisme adalah
pada pencarian kebenaran
Dalam
film War Photographer, Jim
menyibak kebenaran yang terjadi dalam perang-perang di dunia lewat foto-foto yang ia ambil sesuai
dengan elemen tersebut. Dalam foto-foto tersebut bertujuan mencari suatu
kebenaran tanpa adanya rekayasa. Lewat fotonya, Jim ingin
memperlihatkan pada dunia realita kehidupan yang sedang terjadi, yang mungkin
selama ini terabaikan.
2.
Loyalitas utama jurnalisme
adalah kepada warga Negara
Loyalitas kepada warga Negara dalam film ini
tergambar dengan foto-foto yang diambil oleh Jim di berbagai Negara. Jurnalisme
hadir untuk membangun masyarakat. Jurnalisme ada untuk memenuhi hak-hak warga
negara. Jurnalisme ada untuk demokrasi. Namun, tujuan utama dari jurnalisme
adalah menyediakan informasi yang dibutuhkan warga agar mereka bisa hidup bebas
dan mengatur diri sendiri.
3. Esensi
jurnalisme adalah disiplin verifikasi
Dalam film ini tidak ada unsur menambah-nambahi, tidak
menipu pembaca, transparan dan jujur, juga mengandalkan reportase sendiri, dan
apa adanya. Karena film War Photographer merupakan sebuah film documenter yang
mengandalkan hasil foto Jim sendiri.
4.
Jurnalis harus memberi
forum bagi publik untuk kritik maupun dukungan warga
Jika kita mampu memahami film ini, film ini bisa
dijadikan sebagai kritik terhadap pemerintah atas rakyatnya yang kurang
beruntung dan masih dibawah garis kepemimpinan. Selain foto-foto perang, film
ini juga menampilkan foto-foto atau keadaan suatu masyarakat pada Bangsa
tertentu.
5.
Jurnalis
harus berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan
Dalam film ini menampilkan
foto-foto yang terabaikan oleh masyarakat tetapi sebenarnya itu merupakan hal
yang penting. Melalui film ini masyarakat dapat melihat hal yang terabaikan
tersebut menjadi lebih menarik dan relevan dengan kehidupan masyarakat masa
kini.
6.
Jurnalis
harus membuat berita yang komprehensif dan proporsional
Komprehensif
dalam film ini terlihat dengan beragamnya foto yang diambil oleh Jim. Mulai
dari foto-foto perang hingga foto kehidupan masyarakat pada suatu bangsa
tertentu. Tidak hanya pada Negara maju, tetapi foto ini juga memuat
Negara-negara yang kurang dikenal oleh Negara lain atau masih merupakan Negara berkembang.
Contohnya dalam film ini juga memuat foto-foto dari Negara Indonesia.
7.
Jurnalis
harus diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya
Setiap wartawan
harus mempunyai rasa etika dan tanggung jawab sosial dalam dirinya. Mereka juga
harus mempunyai rasa tanggung jawab untuk menyuarakan hati nurani mereka dan
membiarkan yang lain melakukan hal yang serupa dengannya. Itulah yang
dikerjakan oleh Jim dalam film War Photographer tersebut. Jim mempunyai
tanggung jawab moral kepada seluruh warga dunia untuk meliput aksi-aksi di
Kosovo, Indonesia, dan palestina.
C. KODE
ETIK JURNALISTIK
1. Wartawan
Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan
tidak beritikad buruk
Dalam film War Photographer ini Jim menghasilkan
berita yang berimbang. Ia menampilkan foto-foto sebagaimana adanya. Bukan untuk
beretikad buruk melainkan untuk menunjukan kepada khalayak tentang sisi lain
kehidupan suatu masyarakat di Negara lain.
2. Wartawan
Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul
Foto yang
ditampilkan dalam film War Photographer merupakan foto yang nyata tanpa
rekayasa. Ia menampilkan apa adanya kehidupan yang ada dalam objek fotonya
tersebut.
3. Wartawan
Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit,
agama, jenis kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah,
miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani
Beberapa foto dalam film ini yang diambil di Indonesia
menampilkan kehidupan masyarakat kumuh di sepanjang rel kereta.
Rumah-rumah kardus yang tumpang tindih, sungai-sungai dengan air yang menghitam
sementara orang-orang mandi dan mencuci di situ serta para pengemis cacat yang
tengah meminta-minta di perempatan jalan Jakarta. Namun hal tersebut bukan
merupakan bentuk diskriminasi melainkan upaya memberikan pengetahuan tentang
kehidupan masyarakat dibelahan dunia lain.
0 komentar:
Posting Komentar