"(MATA) PENA (SERINGKALI) LEBIH TAJAM DARIPADA (MATA) PEDANG" NAPOLEON BONAPARTE.

Selasa, 19 Maret 2013

RENDAHNYA MINAT BACA DAN TULIS MAHASISWA INDONESIA
Chrismeina Tulus Astuti

Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1886:7). Setelah membaca, keterampilan berbahasa selanjutnya adalah menulis.
Dunia mahasiswa yang sebenarnya itu adalah membaca dan menulis, bukan yang lain. Kedua keterampilan tersebut harus dikuasai oleh setiap mahasiswa. Jika tidak dapat menguasai kedua-duanya, maka minimal seorang mahasiswa haruslah menguasai salah satu dari kedua keterampilan tersebut. Contohnya keterampilan membaca saja. Namun akan lebih baik jika dapat menguasai kedua-duanya dari keterampilan berbahasa tersebut, karena mahasiswa dianggap sudah memahami keduanya.
Pada kenyataannya, mahasiswa zaman sekarang jarang sekali yang memiliki hobi membaca bahkan menulis. Mahasiswa zaman sekarang lebih suka menyimak atau mendengarkan. Contohnya saja jika seorang mahasiswa diberi pilihan pergi ke bioskop atau ke perpustakaan dan toko buku maka mereka akan lebih memilih untuk pergi ke bioskop daripada pergi ke perpustakaan atau toko buku. Mereka lebih suka menonton daripada harus repot-repot membaca. Padahal di perpustakaan atau di toko buku juga terdapat buku-buku dari film yang mereka tonton. Bahkan jika dalam buku maka ceritanya akan lebih lengkap dan menarik. Contoh lain adalah dalam proses belajar mengajar, mahasiswa diberi dua media yaitu video dan buku. Mahasiswa diperintahkan untuk menonton video dan membaca buku, maka mahasiswa akan lebih cepat menangkap pesan yang dari media video daripada buku yang mereka baca. Hal itu membuktikan bahwa minat baca mahasiswa zaman sekarang memanglah sangat rendah. Dalam belajar saja sebagian dari mahasiswa mereka akan lebih cepat menangkap jika disertai dengan mendengarkan, misalnya mendengarkan musik atau mendengarkan radio. Sebagian dari mereka juga lebih sering belajar di depan televisi.
Mahasiswa zaman sekarang untuk membaca sebuah buku fiksi saja sangat sulit, apalagi jika harus membaca buku non fiksi seperti jurnal, skripsi dan lainya yang membahas teori-teori. Pasti akan lebih sulit dan dapat dipastikan bahwa mahasiswa tidak akan membaca buku non fiksi jika itu tidak ada perintah atau tugas dari bapak ibu dosen. Jika mahasiswa menjadikan membaca sebagai kebutuhan layaknya makan, bukan lagi sekedar keinginan, maka mahasiswa akan lebih banyak membaca.
Jika melihat fungsi dari membaca itu sendiri sebenarnya sangatlah banyak, diantaranya yaitu dengan membaca dapat menambah pengetahuan, dapat mengetahui banyak hal lain yang tidak didapat dari bapak ibu dosen, dapat membantu mahasiswa untuk bepikir kritis dan mengembangkan diri, serta dapat menambah keterampilan menulis. Sehingga jika mahasiswa tidak lagi malas-malasan membaca, maka tidak akan menjadi mahasiswa yang minim pengetahuan dan menjadi mahasiswa yang “manutan”. Maksud dari mahasiswa “manutan” disini adalah jika pemerintah membuat kebijakan mahasiswa tidak langsung menerimanya secara “mentah-mentah” melainkan harus diteliti terlebih dahulu. Apakah kibijakan tersebut lebih banyak kebaikannya untuk masyarakat atau justru lebih banyak keburukanny?
Selain minat baca yang semakin rendah, mahasiswa zaman sekarang juga sangat rendah minat menulisnya. Jika minat baca saja sudah rendah, bagaimana mau menulis ? keterampilan menulis itu akan diperoleh dengan membaca. Setelah membaca, secara otomatis maka mereka akan memiliki gambaran untuk menulis. Namun, jika hanya membaca buku dari satu penulis yang sama maka tulisan itu akan cenderung mirip dengan tulisan dari buku yang dibacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut harus banyak-banyak membaca dari berbagai penulis yang berbeda agar tulisannya tidak cenderung mirip dengan tulisan dari buku yang dibacanya dan memiliki karakter tulisan tersendiri. Mahasiswa sebagai strata tertinggi dalam pendidikan selain harus memiliki pengetahuan yang luas yang bisa didapat dari membaca, mahasiswa juga harus bisa menghasilkan sebuah karya yaitu tulisan. Tidak harus karya tulis yang penuh dengan metode dan teori-teori, tetapi bisa melalui hal yang sederhana seperti puisi, cerpen, novel, esai dan sebagainya. Ada hal lain yang lebih sederhana lagi yaitu sekedar menuliskan kegiatan sehari-hari yang dialaminya dari bangun tidur hingga tidur lagi dalam sebuah buku khusus. Dari hal yang sederhana tersebut, jika dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan dan menjadi dasar kita untuk lebih mengembangkan keterampilan menulis. Meskipun pada akhirnya nanti setiap mahasiswa diwajibkan menghasilkan sebuah karya ilmiah berupa skirpsi. Jika dasar-dasar menulis sudah dikuasai, maka akan memudahkan dalam penulisan skipsi nantinya. Menulis bukanlah sebuah bakat melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan jika rajin berlatih. Namun lagi-lagi mahasiswa zaman sekarang lebih suka shooping di mall, jalan-jalan tidak jelas, nongkrong sampai berjam-jam, ngerumpi di kos sampai lupa waktu dan lupa akan tugas-tugas sebagai mahasiswa.
Kebiasaan membaca dan menulis mahasiswa yang hingga saat ini belum hilang hanyalah membaca dan menulis (mengupdate) status di sosial media, seperti facebook, twitter, google +, dan lain sebagainya. Untuk hal ini tanpa diperintah pun mereka akan melakukannya dengan sendiri. Mulai dari pagi, siang, malam, tengah malam hingga pagi lagi. Setiap jam, menit, dan detik mereka akan membaca dan menulis di media masa dengan senang hati. Sebenarnya jika mahasiswa pandai memanfaatkan sosial media, maka itu akan sangat menguntungkan baginya. Contohnya, dengan sosial media bagi mereka yang belum mempunyai keberanian diri untuk mengirimkan tulisannya ke penerbit bisa menerbitkan tulisannya di sosial media. Disitu akan banyak orang yang membaca dan akan memberikan masukan untuk tulisannya. Dengan adanya masukan tersebut dapat dijadikan sebagai kritik yang membangun untuk memperindah tulisannya.
Mahasiswa pada hakikatnya harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan dituntut untuk menghasilkan sebuah karya. Baik dalam bentuk karya tulis atau karya-karya yang lainnya. Sebagai mahasiswa jangan hanya menjadi mahasiswa “ecek-ecek”, yang kemana-mana menyandang gelar mahasiswa tetapi sama sekali tidak memiliki kemampuan layaknya mahasiswa. Mahasiswa yang “benar-benar mahasiswa” harus memiliki hobi membaca dan menulis karena dunia mahasiswa tidak lain adalah membaca dan menulis.

Rabu, 13 Maret 2013

TUGAS PORTOFOLIO I



REPRODUKSI BACAAN “NOVEL FEEL”
KARYA WULAN GURITNO DAN ADILLA DIMITRI




Sinopsis
            Kanya dan Tammy adalah dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak mereka kecil. Tetapi sifat kedua gadis itu sangat bertolak belakang. Kanya adalah anak seorang pengusaha sukses dengan serangkaian sifat manja dan kolokan. Sedangkan Tammy hanya anak seorang pegawai negeri yang bersahaja, tetapi Tammy selalu ceria walau hidupnya sederhana. Tammy juga tahu apa yang ia inginkan dalam hidup, sehingga ia hanya melakukan segala sesuatu yang ia inginkan. Tammy adalah satu-satunya orang yang bisa menerima segala kekurangan Kanya.
            Pada suatu malam terjadi sebuah kecelakaan yang menyebabkan Tammy meninggal dunia. Kecelakaan itu disebabkan oleh Kanya yang kehilangan konsentrasi ketika Tammy bertanya pada Kanya “apa yang kamu inginkan dalam hidup ini?”. Kanya tidak tahu harus menjawab apa karena ia sendiri tidak tahu apa yang ia inginkan dalam hidup ini. Pertanyaan itu terus menggangu kehidupan Kanya. Hingga pada akhirnya Kanya memilih pergi kesuatu tempat untuk menenangkan pikirannya dan mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.
            Di tempat yang baru Kanya bertemu dengan seorang lelaki. Lelaki itulah yang membantu Kanya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan Tammy. Karena lelaki itu juga, Kanya berhasil menerbitkan sebuah buku. Timbulah benih-benih cinta diantara mereka, namun lelaki itu belum berani mengungkapkan perasaanya karena pada saat itu status Kanya sudah bertunangan. Dengan sekuat tenaga lelaki itu menyembunyikan perasaannya. Hingga sampai pada saat ia meninggal dunia ia belum sempat menyatakan perasaannya pada Kanya.

Selasa, 19 Maret 2013

Diposting oleh Chrismeina di 19.36 0 komentar
RENDAHNYA MINAT BACA DAN TULIS MAHASISWA INDONESIA
Chrismeina Tulus Astuti

Membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Tarigan, 1886:7). Setelah membaca, keterampilan berbahasa selanjutnya adalah menulis.
Dunia mahasiswa yang sebenarnya itu adalah membaca dan menulis, bukan yang lain. Kedua keterampilan tersebut harus dikuasai oleh setiap mahasiswa. Jika tidak dapat menguasai kedua-duanya, maka minimal seorang mahasiswa haruslah menguasai salah satu dari kedua keterampilan tersebut. Contohnya keterampilan membaca saja. Namun akan lebih baik jika dapat menguasai kedua-duanya dari keterampilan berbahasa tersebut, karena mahasiswa dianggap sudah memahami keduanya.
Pada kenyataannya, mahasiswa zaman sekarang jarang sekali yang memiliki hobi membaca bahkan menulis. Mahasiswa zaman sekarang lebih suka menyimak atau mendengarkan. Contohnya saja jika seorang mahasiswa diberi pilihan pergi ke bioskop atau ke perpustakaan dan toko buku maka mereka akan lebih memilih untuk pergi ke bioskop daripada pergi ke perpustakaan atau toko buku. Mereka lebih suka menonton daripada harus repot-repot membaca. Padahal di perpustakaan atau di toko buku juga terdapat buku-buku dari film yang mereka tonton. Bahkan jika dalam buku maka ceritanya akan lebih lengkap dan menarik. Contoh lain adalah dalam proses belajar mengajar, mahasiswa diberi dua media yaitu video dan buku. Mahasiswa diperintahkan untuk menonton video dan membaca buku, maka mahasiswa akan lebih cepat menangkap pesan yang dari media video daripada buku yang mereka baca. Hal itu membuktikan bahwa minat baca mahasiswa zaman sekarang memanglah sangat rendah. Dalam belajar saja sebagian dari mahasiswa mereka akan lebih cepat menangkap jika disertai dengan mendengarkan, misalnya mendengarkan musik atau mendengarkan radio. Sebagian dari mereka juga lebih sering belajar di depan televisi.
Mahasiswa zaman sekarang untuk membaca sebuah buku fiksi saja sangat sulit, apalagi jika harus membaca buku non fiksi seperti jurnal, skripsi dan lainya yang membahas teori-teori. Pasti akan lebih sulit dan dapat dipastikan bahwa mahasiswa tidak akan membaca buku non fiksi jika itu tidak ada perintah atau tugas dari bapak ibu dosen. Jika mahasiswa menjadikan membaca sebagai kebutuhan layaknya makan, bukan lagi sekedar keinginan, maka mahasiswa akan lebih banyak membaca.
Jika melihat fungsi dari membaca itu sendiri sebenarnya sangatlah banyak, diantaranya yaitu dengan membaca dapat menambah pengetahuan, dapat mengetahui banyak hal lain yang tidak didapat dari bapak ibu dosen, dapat membantu mahasiswa untuk bepikir kritis dan mengembangkan diri, serta dapat menambah keterampilan menulis. Sehingga jika mahasiswa tidak lagi malas-malasan membaca, maka tidak akan menjadi mahasiswa yang minim pengetahuan dan menjadi mahasiswa yang “manutan”. Maksud dari mahasiswa “manutan” disini adalah jika pemerintah membuat kebijakan mahasiswa tidak langsung menerimanya secara “mentah-mentah” melainkan harus diteliti terlebih dahulu. Apakah kibijakan tersebut lebih banyak kebaikannya untuk masyarakat atau justru lebih banyak keburukanny?
Selain minat baca yang semakin rendah, mahasiswa zaman sekarang juga sangat rendah minat menulisnya. Jika minat baca saja sudah rendah, bagaimana mau menulis ? keterampilan menulis itu akan diperoleh dengan membaca. Setelah membaca, secara otomatis maka mereka akan memiliki gambaran untuk menulis. Namun, jika hanya membaca buku dari satu penulis yang sama maka tulisan itu akan cenderung mirip dengan tulisan dari buku yang dibacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut harus banyak-banyak membaca dari berbagai penulis yang berbeda agar tulisannya tidak cenderung mirip dengan tulisan dari buku yang dibacanya dan memiliki karakter tulisan tersendiri. Mahasiswa sebagai strata tertinggi dalam pendidikan selain harus memiliki pengetahuan yang luas yang bisa didapat dari membaca, mahasiswa juga harus bisa menghasilkan sebuah karya yaitu tulisan. Tidak harus karya tulis yang penuh dengan metode dan teori-teori, tetapi bisa melalui hal yang sederhana seperti puisi, cerpen, novel, esai dan sebagainya. Ada hal lain yang lebih sederhana lagi yaitu sekedar menuliskan kegiatan sehari-hari yang dialaminya dari bangun tidur hingga tidur lagi dalam sebuah buku khusus. Dari hal yang sederhana tersebut, jika dilakukan secara berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan dan menjadi dasar kita untuk lebih mengembangkan keterampilan menulis. Meskipun pada akhirnya nanti setiap mahasiswa diwajibkan menghasilkan sebuah karya ilmiah berupa skirpsi. Jika dasar-dasar menulis sudah dikuasai, maka akan memudahkan dalam penulisan skipsi nantinya. Menulis bukanlah sebuah bakat melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan jika rajin berlatih. Namun lagi-lagi mahasiswa zaman sekarang lebih suka shooping di mall, jalan-jalan tidak jelas, nongkrong sampai berjam-jam, ngerumpi di kos sampai lupa waktu dan lupa akan tugas-tugas sebagai mahasiswa.
Kebiasaan membaca dan menulis mahasiswa yang hingga saat ini belum hilang hanyalah membaca dan menulis (mengupdate) status di sosial media, seperti facebook, twitter, google +, dan lain sebagainya. Untuk hal ini tanpa diperintah pun mereka akan melakukannya dengan sendiri. Mulai dari pagi, siang, malam, tengah malam hingga pagi lagi. Setiap jam, menit, dan detik mereka akan membaca dan menulis di media masa dengan senang hati. Sebenarnya jika mahasiswa pandai memanfaatkan sosial media, maka itu akan sangat menguntungkan baginya. Contohnya, dengan sosial media bagi mereka yang belum mempunyai keberanian diri untuk mengirimkan tulisannya ke penerbit bisa menerbitkan tulisannya di sosial media. Disitu akan banyak orang yang membaca dan akan memberikan masukan untuk tulisannya. Dengan adanya masukan tersebut dapat dijadikan sebagai kritik yang membangun untuk memperindah tulisannya.
Mahasiswa pada hakikatnya harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan dituntut untuk menghasilkan sebuah karya. Baik dalam bentuk karya tulis atau karya-karya yang lainnya. Sebagai mahasiswa jangan hanya menjadi mahasiswa “ecek-ecek”, yang kemana-mana menyandang gelar mahasiswa tetapi sama sekali tidak memiliki kemampuan layaknya mahasiswa. Mahasiswa yang “benar-benar mahasiswa” harus memiliki hobi membaca dan menulis karena dunia mahasiswa tidak lain adalah membaca dan menulis.

Rabu, 13 Maret 2013

TUGAS PORTOFOLIO I

Diposting oleh Chrismeina di 06.44 2 komentar


REPRODUKSI BACAAN “NOVEL FEEL”
KARYA WULAN GURITNO DAN ADILLA DIMITRI




Sinopsis
            Kanya dan Tammy adalah dua orang gadis yang sudah bersahabat sejak mereka kecil. Tetapi sifat kedua gadis itu sangat bertolak belakang. Kanya adalah anak seorang pengusaha sukses dengan serangkaian sifat manja dan kolokan. Sedangkan Tammy hanya anak seorang pegawai negeri yang bersahaja, tetapi Tammy selalu ceria walau hidupnya sederhana. Tammy juga tahu apa yang ia inginkan dalam hidup, sehingga ia hanya melakukan segala sesuatu yang ia inginkan. Tammy adalah satu-satunya orang yang bisa menerima segala kekurangan Kanya.
            Pada suatu malam terjadi sebuah kecelakaan yang menyebabkan Tammy meninggal dunia. Kecelakaan itu disebabkan oleh Kanya yang kehilangan konsentrasi ketika Tammy bertanya pada Kanya “apa yang kamu inginkan dalam hidup ini?”. Kanya tidak tahu harus menjawab apa karena ia sendiri tidak tahu apa yang ia inginkan dalam hidup ini. Pertanyaan itu terus menggangu kehidupan Kanya. Hingga pada akhirnya Kanya memilih pergi kesuatu tempat untuk menenangkan pikirannya dan mencari jawaban dari pertanyaan tersebut.
            Di tempat yang baru Kanya bertemu dengan seorang lelaki. Lelaki itulah yang membantu Kanya untuk menemukan jawaban dari pertanyaan Tammy. Karena lelaki itu juga, Kanya berhasil menerbitkan sebuah buku. Timbulah benih-benih cinta diantara mereka, namun lelaki itu belum berani mengungkapkan perasaanya karena pada saat itu status Kanya sudah bertunangan. Dengan sekuat tenaga lelaki itu menyembunyikan perasaannya. Hingga sampai pada saat ia meninggal dunia ia belum sempat menyatakan perasaannya pada Kanya.