RENDAHNYA MINAT
BACA DAN TULIS MAHASISWA INDONESIA
Membaca merupakan
salah satu dari keterampilan berbahasa. Membaca adalah suatu proses
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan
yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis (Tarigan, 1886:7). Setelah membaca, keterampilan
berbahasa selanjutnya adalah menulis.
Dunia mahasiswa
yang sebenarnya itu adalah membaca dan menulis, bukan yang lain.
Kedua keterampilan tersebut harus dikuasai oleh setiap mahasiswa.
Jika tidak dapat menguasai kedua-duanya, maka minimal seorang
mahasiswa haruslah menguasai salah satu dari kedua keterampilan
tersebut. Contohnya keterampilan membaca saja. Namun akan lebih baik
jika dapat menguasai kedua-duanya dari keterampilan berbahasa
tersebut, karena mahasiswa dianggap sudah memahami keduanya.
Pada kenyataannya,
mahasiswa zaman sekarang jarang sekali yang memiliki hobi membaca
bahkan menulis. Mahasiswa zaman sekarang lebih suka menyimak atau
mendengarkan. Contohnya saja jika seorang mahasiswa diberi pilihan
pergi ke bioskop atau ke perpustakaan dan toko buku maka mereka akan
lebih memilih untuk pergi ke bioskop daripada pergi ke perpustakaan
atau toko buku. Mereka lebih suka menonton daripada harus repot-repot
membaca. Padahal di perpustakaan atau di toko buku juga terdapat
buku-buku dari film yang mereka tonton. Bahkan jika dalam buku maka
ceritanya akan lebih lengkap dan menarik. Contoh lain adalah dalam
proses belajar mengajar, mahasiswa diberi dua media yaitu video dan
buku. Mahasiswa diperintahkan untuk menonton video dan membaca buku,
maka mahasiswa akan lebih cepat menangkap pesan yang dari media video
daripada buku yang mereka baca. Hal itu membuktikan bahwa minat baca
mahasiswa zaman sekarang memanglah sangat rendah. Dalam belajar saja
sebagian dari mahasiswa mereka akan lebih cepat menangkap jika
disertai dengan mendengarkan, misalnya mendengarkan musik atau
mendengarkan radio. Sebagian dari mereka juga lebih sering belajar di
depan televisi.
Mahasiswa zaman
sekarang untuk membaca sebuah buku fiksi saja sangat sulit, apalagi
jika harus membaca buku non fiksi seperti jurnal, skripsi dan lainya
yang membahas teori-teori. Pasti akan lebih sulit dan dapat
dipastikan bahwa mahasiswa tidak akan membaca buku non fiksi jika itu
tidak ada perintah atau tugas dari bapak ibu dosen. Jika mahasiswa
menjadikan membaca sebagai kebutuhan layaknya makan, bukan lagi
sekedar keinginan, maka mahasiswa akan lebih banyak membaca.
Jika melihat fungsi
dari membaca itu sendiri sebenarnya sangatlah banyak, diantaranya
yaitu dengan membaca dapat menambah pengetahuan, dapat mengetahui
banyak hal lain yang tidak didapat dari bapak ibu dosen, dapat
membantu mahasiswa untuk bepikir kritis dan mengembangkan diri, serta
dapat menambah keterampilan menulis. Sehingga jika mahasiswa tidak
lagi malas-malasan membaca, maka tidak akan menjadi mahasiswa yang
minim pengetahuan dan menjadi mahasiswa yang “manutan”. Maksud
dari mahasiswa “manutan” disini adalah jika pemerintah membuat
kebijakan mahasiswa tidak langsung menerimanya secara “mentah-mentah”
melainkan harus diteliti terlebih dahulu. Apakah kibijakan tersebut
lebih banyak kebaikannya untuk masyarakat atau justru lebih banyak
keburukanny?
Selain minat baca
yang semakin rendah, mahasiswa zaman sekarang juga sangat rendah
minat menulisnya. Jika minat baca saja sudah rendah, bagaimana mau
menulis ? keterampilan menulis itu akan diperoleh dengan membaca.
Setelah membaca, secara otomatis maka mereka akan memiliki gambaran
untuk menulis. Namun, jika hanya membaca buku dari satu penulis yang
sama maka tulisan itu akan cenderung mirip dengan tulisan dari buku
yang dibacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari hal tersebut harus
banyak-banyak membaca dari berbagai penulis yang berbeda agar
tulisannya tidak cenderung mirip dengan tulisan dari buku yang
dibacanya dan memiliki karakter tulisan tersendiri. Mahasiswa sebagai
strata tertinggi dalam pendidikan selain harus memiliki pengetahuan
yang luas yang bisa didapat dari membaca, mahasiswa juga harus bisa
menghasilkan sebuah karya yaitu tulisan. Tidak harus karya tulis yang
penuh dengan metode dan teori-teori, tetapi bisa melalui hal yang
sederhana seperti puisi, cerpen, novel, esai dan sebagainya. Ada hal
lain yang lebih sederhana lagi yaitu sekedar menuliskan kegiatan
sehari-hari yang dialaminya dari bangun tidur hingga tidur lagi dalam
sebuah buku khusus. Dari hal yang sederhana tersebut, jika dilakukan
secara berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan dan menjadi dasar
kita untuk lebih mengembangkan keterampilan menulis. Meskipun pada
akhirnya nanti setiap mahasiswa diwajibkan menghasilkan sebuah karya
ilmiah berupa skirpsi. Jika dasar-dasar menulis sudah dikuasai, maka
akan memudahkan dalam penulisan skipsi nantinya. Menulis bukanlah
sebuah bakat melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan jika rajin
berlatih. Namun lagi-lagi mahasiswa zaman sekarang lebih suka
shooping
di mall, jalan-jalan tidak jelas, nongkrong sampai berjam-jam,
ngerumpi di kos sampai lupa waktu dan lupa akan tugas-tugas sebagai
mahasiswa.
Kebiasaan membaca
dan menulis mahasiswa yang hingga saat ini belum hilang hanyalah
membaca dan menulis (mengupdate) status di sosial media, seperti
facebook, twitter, google +, dan lain sebagainya. Untuk hal ini
tanpa diperintah pun mereka akan melakukannya dengan sendiri. Mulai
dari pagi, siang, malam, tengah malam hingga pagi lagi. Setiap jam,
menit, dan detik mereka akan membaca dan menulis di media masa dengan
senang hati. Sebenarnya jika mahasiswa pandai memanfaatkan sosial
media, maka itu akan sangat menguntungkan baginya. Contohnya, dengan
sosial media bagi mereka yang belum mempunyai keberanian diri untuk
mengirimkan tulisannya ke penerbit bisa menerbitkan tulisannya di
sosial media. Disitu akan banyak orang yang membaca dan akan
memberikan masukan untuk tulisannya. Dengan adanya masukan tersebut
dapat dijadikan sebagai kritik yang membangun untuk memperindah
tulisannya.
Mahasiswa pada
hakikatnya harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas, dan dituntut
untuk menghasilkan sebuah karya. Baik dalam bentuk karya tulis atau
karya-karya yang lainnya. Sebagai mahasiswa jangan hanya menjadi
mahasiswa “ecek-ecek”, yang kemana-mana menyandang gelar
mahasiswa tetapi sama sekali tidak memiliki kemampuan layaknya
mahasiswa. Mahasiswa yang “benar-benar mahasiswa” harus memiliki
hobi membaca dan menulis karena dunia mahasiswa tidak lain adalah
membaca dan menulis.
0 komentar:
Posting Komentar