Wartawan terkemuka dan novelis yang lahir di Talawi, kota kecil di Sumatra Barat pada tanggal 14 Agustus 1904 dan meninggal 7 Januari 1967 dalam usia 63 tahun. Adinegoro merupakan nama samaran dari Djamaludin yang bergelar Datuk Maharadja Sutan. Sejak tahun 1931 ia berturut-turut menjadi pimpinan surat kabar Panji Poestoko, Perwarta Deli dan Sumatera Shimbun sampai saat Jepang menyerah. Tahun 1945 Adinegoro diangkat menjadi pimpinan Yayasan Pers Biro Indonesia (PIA) dan tahun 1948 ikut mendirikan Mimbar Indonesia bersama Profesor Soepomo, Gusti Mansjur S.A. Terakhir tahun 1962 menjadi anggota Dewan Pengurus LKBN Antara. Ia berturut-turut menjadi pimpinan surat kabar Panji Poestoko, Perwarta Deli dan Sumatera Shimbun sampai saat Jepang menyerah. Tahun 1945 Adinegoro diangkat menjadi pimpinan Yayasan Pers Biro Indonesia (PIA) dan tahun 1948 ikut mendirikan Mimbar Indonesia bersama Profesor Soepomo, Gusti Mansjur S.A. Terakhir tahun 1962 menjadi anggota Dewan Pengurus LKBN Antara.
Sebelum
memulai karier di bidang sastra ia menempuh pendidikan di sekolah kedokteran
STOVIA, tetapi karena kegemarannya yang kuat untuk menulis, ia kemudian beralih
ke bidang jurnalistik yang mulai dirintisnya sejak tahun 1922. Ia kemudian
memperdalam ilmu jurnalistiknya di Munchenwuzaburg dari tahun 1926 hingga tahun
1930. Kemudian mempraktikkan jurnalistik di Utrecht. Sebagai penghargaan
terhadap pengabdianya pada dunia pers, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) mengabadikan
nama Adinegoro pada hadiah jurnalistik tertinggi, yang diberikan pada
orang-orang yang menjadi juara lomba karya tulis yang diadakan PWI Jaya setiap
tahun dengan nama Hadiah Adinegoro. Karya Adinegoro lainnya
adalah Kamus Kemajuan, Melawat ke Barat, Perang Dunia I, Tiongkok Pusaran
Asia, Revolusi dan Kebudayaan, Filsafat Ratu Dunia, Atlas Tanah Air, Ilmu Jiwa
Seseorang.
Sumber: http://www.jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/48/Adinegoro